Ya Ya Ya
“Kisah ini sudah diceritakan berkali-kali,”
katamu sambil mengikis ranting dengan bilah belati.
“Mungkin, penderitaan di mana-mana memang sama saja.”
(Dan aku berpikir tentang kulit yang matang bukan oleh matahari
dan bapak tua di buritan kapal karatan. Kau yang berteduh di
bayang jangkar.)
When I Travel
You unravel.
SESUATU HINDIA BELANDA
Lihat, atau ingatBurung hitam meronda Cagak anim bertanda
"Ctulhu, die, die!"
α+ß₁D+ß₂D²+γX+δ₁w+δ₂w²+δ₃log y=
There's a birdand a tree.
What should it be; the body of dew, wholly at the mercy of wind?
"mana pula yang lebih nyata, berjalan
merunduk karena angin kencang, atau
gemerlapan lampu di Amsterdam"
Pada pilihan itu mungkin bisa aku tambahkan
pohon-pohon ramping pipih
dan beton baru putih
seperti salju
Kamegayega-Yatsu
Pupur tebal
terlalu tebal
di pipimu
O Hitomaru
Tetes air mata
tak mencetak jejak
di lengan kimonomu
Warna musim semi
pilihan Shogun purba.
Setitik noda di awan.
Payung kayu
matahari kedua
di atas gelungmu.
Anak-anak sekolah
menggodamu,
sekerei!
Bahu mereka mencium tanah.
Tapi lihatlah
mereka begitu kokoh
berdiri di samping pokok ceri.
"sejak dahulu memang, yang
tidak terucapkan, lebih berarti"
william it was really something
william it was really nothing
william it really was nothing
william it was nothing really
william really it was nothing
william was it really nothing
william really was it nothing
Baby, you’re gonna miss that plane.
I know.
Dan banyak orang tak melihat
ia meraba cincin kawin dengan ujung ibu jari.
Di luar jalan batu menunggu.
Katedral beku.
Orang berbicara dengan tangan
dan mulut bisu,
Mademoiselle telah mencat lagi palang merah Le Café Pure.
Waktu itu kau berkata, tak mungkin arus Seine berbalik arah.
Seperti cinta mereka?
Ya.
Tapi aku hanya sibuk tersenyum
pada matahari yang hilang di balik Pont Neuf.
Kau tak berhati, katamu.
Ya.
Sembilan tahun lagi yang tersisa mungkin hanya kwaci
di kotak rokok besi, batik Bali di atas lututmu,
dan rokok basi yang kau hidupkan lagi. Mungkin percakapan jam empat pagi.
Mungkin juga tak akan ada yang tersisa.
Karena tak pernah ada yang terjadi.